Abdul Kahar Mudzakkir- Pahlawan Nasional

jabatan abdul kahar muzakir, tanggal lahir abdul kahar muzakir, perjuangan abdul kahar muzakir, keteladanan abdul kahar muzakir, tempat lahir abdul kahar muzakir, nama orang tua abdul kahar muzakir, riwayat pendidikan abdul kahar muzakir, tempat tanggal lahir abdul kahar muzakir

Abdul Kahar Mudzakkir- Pahlawan Nasional

Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir atau ejaan baru Abdul Kahar Muzakir, ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar Mudzakkar adalah Rektor Magnificus yang dipilih Universitas Islam Indonesia untuk pertama kali dengan nama STI selama 2 periode 1945 - 1948 dan 1948 - 1960. Ia adalah anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Beliau ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai pahlawan nasional lewat Keppres 120/TK/Tahun 2019, 8 November 2019. Cendekiawan Muhammadiyah itu lebih banyak berkiprah membangun pendidikan di Yogyakarta selepas proklamasi. Kiprahnya selain menjadi rektor pertama UII (1948-1960), ialah mendirikan Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta (kini Fakultas Agama Islam UMY) dan mendirikan Universitas Aisyiyah, sebagai perwujudan dari gagasan kaum perempuan berpendidikan tinggi.


Biografi

Abdul Kahar Muzakir lahir di Gunungkidul, Yogyakarta, 16 April 1907, Mudzakkir kecil tumbuh di Kotagede.  Ayahnya, Haji Mudzakkir adalah seorang pedagang terhormat di Kotagede dan Ibunya adalah puteri satu-satunya dari lima bersaudara keluarga Haji Mukmin. Salah seorang saudara ibunya yaitu Haji Masyhudi ikut membentuk lahirnya organisasi Muhammadiyah di Kotagede. Selain itu, Kahar juga merupakan cicit dari Kyai Hasan Bashari, seorang guru agama dan pemimpin tarikat Satariyah, yang dikenal juga sebagai salah satu seorang komandan laskar Pangeran Diponegoro ketika berperang melawan Belanda 1825—1830. Dengan demikian, segala hal yang baik dari keluarganya telah membentuk pribadi Abdul Kahar Mudzakkir muda menjadi seorang yang tekun dan taat pada agama.


Pendidikan

Pendidikan dasarnya ia awali di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Selokraman Kotagede namun hanya sampai kelas dua. kemudian neliau melanjutkan pendidikan lanjutan di Pondok Pesantren Jamsaren Solo sambil belajar di madrasah Mambaul Ulum. Selain itu, pendidikan lanjutannya ia selesaikan di Pesantren Tremas di Jawa Timur, tempat terakhir pendidikan formalnya di Indonesia.

Tidak puas dengan pendidikannya di Indonesia, pada tahun 1925 Abdul Kahar meninggalkan Indonesia menuju Kairo, dalam usia 16 tahun. Di Kairo ia memasuki Darul Ulum - sebuah fakultas baru pada Universitas Fuad (sekarang Kairo) - dan lulus dari Universitas ini pada tingkat lanjut dalam Hukum Islam, Ilmu Pendidikan, Bahasa Arab dan Yahudi; tahun 1936.


Masuk Dunia Pendidikan

Tahun 1938 Prof. Abdul Kahar kembali ke Indonesia, Beliau mulai mengajar di Mu’allimin Muhammadiyah di Yogyakarta. Kemudian beliau bergabung dan amat aktif di Muhamamdiyah, yang menekankan perjuangannya di sektor pendidikan. terbukti saat pecahnya perang dunia II, beliau menduduki pimpinan pada Organisasi Pemuda dan Bagian Kesejahteraan Sosial. Hingga saat wafatnya pun beliau masih sebagai Pengurus Besar Muhammadiyah, yang sudah dipegangnya berkali-kali-kali sejak 1946.


Karir politik

Pada tahun pertama kedatangannya di Indonesia Abdul Kahar sudah mulai terjun ke dalam kancah politik Indonesia secara langsung. Ketika itu usianya menginjak 28 tahun, dan menyatakan dirinya bergabung dengan Partai Islam Indonesia (PII) dan terpilih sebagai salah satu komisarisnya, hingga tahun 1941.

Ketika masih pada pendudukan Jepang, Abdul Kahar menjabat di Departemen Agama sebagai wakil ketua. Abdul Kahar pernah pula menjabat sebagai Dewan Penasehat Pusat, yang kemudian membawanya berada di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), mewakili organisasi Islam. Dua bulan menjelang kemerdekaan Ia menjadi subkomite BPUPKI, dan bersama 9 anggota lainnya, termasuk Sukarno dan Hatta, ia ikut menandatangani “Piagam Jakarta”, Mukaddimah tidak resmi UUD ‘45.


Pendiri UII

Setelah masa kolonial, perhatian Abdul Kahar lebih berkonsentrasi kepada usaha memajukan pendidikan (tinggi) Islam. Ia begitu besar andilnya dalam pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI), ketika menjelang berakhirnya masa pendudukan Jepang. Ia pula yang akhirnya bersama Moh. Hatta memimpin lembaga pendidikan ini.

Ketika itu Hatta sebagai direktur Badan Usahanya, dan ia sendiri merupakan rektor pertamanya. Pada tahun 1946, STI dipindahkan ke Yogyakarta. Yang kemudian berganti nama menjadi Unviersitas Islam Indonesia (UII), tepatnya pada tanggal 10 Maret 1948. Selain itu, beliau juga pernah ikut berpartisipasi mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Yogyakarta, yang sekarang dikenal sebagai IAIN Sunan Kalijaga itu.

Bagi UII, ia mempunyai arti amat penting. Selain memang ia sendiri termasuk pendirinya, Prof. Abdul Kahar Muzakkir merupakan orang pertama dan terlama yang pernah memegang jabatan rektor yang dipegangnya selama tak kurang dari 12 tahun (1948–1960).


Perjuangan dan akhir hidup

Tak lama setelah Abdul Kahar berkarir di politik, situasi berganti dengan kembalinya Belanda merongrong kemerdekaan RI. Mudzakkir turut angkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan. Di masa ini ia pernah jadi pemimpin perang sabil dan mengadakan gerilya. Medan gerilya Abdul Kahar Mudzakkir pada masa Agresi II itu antara lain di daerah Brosot, Jejeran, Bantul Selatan. Mudzakkir dan pasukannya baru masuk kota Yogya lagi seiring momen “Yogya Kembali”, 29 Juni 1949.

Setelah pengakuan kedaulatan, Mudzakkir melanjutkan perjuangannya lewat dunia pendidikan. Pengabdian itu dijalaninya hingga tutup usia karena serangan jantung di umur 66 tahun, 2 Desember 1973. Mudzakkir dimakamkan di Pemakaman Boharen Purbayan, Kotagede.