Saat ini adalah bulan pertama di tahun 2020. Di negara yang memiliki dua musim, Januari adalah puncaknya musim penghujan. Kalau sudah masuk musim penghujan maka hujan bisa turun kapan saja dengan intensitas yang tinggi, hujan bisa turun pagi, siang, sore, bahkan tengah malam hujan bisa turun dengan derasnya.
Pagi itu aku terbangun dari tidur saat alarm hape berbunyi dengan suara Adzan khas Negeri Hizaz, Alhamdulillah aku diberi kemudahan oleh Allah untuk bisa terbangun pagi itu. Aku terbangun oleh bunyi alarm pertama yang aku stel pukul 03,30. Begitu suara adzan dari hape terdengar ke telinga, aku langsung terbangun dan mencari sumber suara... lalu aku matikan alarmnya. Sayup-sayup kudengan suara rintik hujan menemaniku pagi itu.
Kulihat waktu menunjukkan pukul 03.30, empat puluh lima menit menuju adzan subuh. Untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih melekat di mata, ku usap kedua mataku dengan telapak tangan secara berulang-ulang hingga rasa kantuk menghilang. Perlahan kubangun dan duduk di pinggir tempat tidur lantas kubaca Do’a bangun tidur “Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur”.
Kulihat isteriku masih berselimut, lalu kubangunkan dia untuk siap-siap melaksanakan shalat Subuh.
“Mah, bangun mah. Sebentar lagi subuh.” Kataku sambil menggoyang-goyangkan pundaknya.
Setelah beberapa kali mencoba membangunkannya akhirnya isteriku bangun dan berkata: “Ya yah, sebentar...”
Kemudian aku berjalan menuju kamar mandi untuk berwudu, lantas kuganti pakaian tidur dengan pakaian baju Koko dan sarung, tak lupa peci warna hitam kukenakan di kepala. Tepat pukul 04.00 aku pergi ke Masjid yang jaraknya tidak jauh dari rumah sambil menembus dinginnya pagi itu di antara rintik hujan gerimis sisa hujan semalam.
Jalanan begitu sepi, hanya dua orang petugas kebersihan mang Nana dan Mang Anton dengan gerobak kuningnya berpapasan denganku. “Angkat mang?” kataku sambil tersenyum
“Muhun..” jawab mang Nana sambil berlalu menjauhiku.
Mang nana dan Mang Anton adalah petugas kebersihan di lingkungan kami, ia mengambil sampah dari setiap rumah hampir setiap hari.
Sepinya Pagi itu terbelah oleh suara gerbang mesjid yang kubuka,,, Kreeeeek. Kulepas sendal dan menuju ruang operator untuk menyalakan amplifier dan lampu-lampu yang ada di dalam masjid. Setelah Shalat sunat dua Rakaat aku bershalawat melaui mic sambil menunggu datangnya waktu Adzan Subuh. Tepat pukul 04.15 alarm Adzan di masjid berbunyi. Seperti biasa aku langsung mengumandangkan adzan subuh. Satu persatu orang-orang mulai berdatangan... hingga ketika pak Ustadz datang dimulailah shalat Subuh berjamaah di masjid kami. Jumlah jemaah shalat subuh waktu itu tak lebih dari 20 orang, namun suasana khidmad dapat aku rasakan.
Selesai menunaikan shalat Subuh, aku pulang kembali ke rumah. Kebiasaanku bila tiba ti rumah setelah menunaikan shalat subuh adalah membaca beberapa lembar Al-Qur’an. Subuh itupun sama, aku membaca beberapa lembar ayat Al-Qur’an hingga waktu menunjukkan pukul 05.30.
Itulah kebiasaan baruku dua tahun terakhir ini, seperti shalat berjamaah di masjid dan membaca Al-Qur’an. Hal tersebut rutin aku laksanakan setelah Umrah bersama Isteriku dua tahun yang lalu. Dulu sebelum umrah, aku shalat jarang tepat waktu, apalagi berjamaah di Masjid. Sementara membaca Al-Qur’an bisa dianggap tidak pernah aku lakukan sebelumnya.
Aku jarang membaca Al-Qur’an karena kurang lancar, padahal hatiku sangat ingin bisa seperti orang lain dapat lancar membaca Al-Qur’an.
Alhamdulillah setelah Aku berdo’a di tanah suci agar bisa dilancarkan membaca Al-Qur’an akhirnya selama satu tahun penuh aku belajar dengan sungguh-sungguh akupun lancar membaca Al-Qur’an. Mungkin itulah buah Do’a yang aku panjatkan saat di depan Ka’bah.
Saat Tawaf mengelilingi kabah, doa yang paling banyak aku panjatkan adalah Doa agar diberi kemudahan untuk belajar membaca Al-Qur’an di samping doa-doa lainnya. Semua Kebiasaanku mendekat kepada yang maha kuasa berawal ketika aku ditemukan dengan sebuah bangunan kubus tempat arah kiblat shalat ummat muslim di seluruh dunia, bangunan itu bernama Ka’bah.
Masih dapat dalam melekat dalam ingatanku, saat itu hari Minggu 26 Nopember 2017, saat itu setelah melakukan Miqat di Masjid Bir Ali, aku bersama rombongan umrah melanjutkan perjalanan menuju Kota Mekah untuk melaksanakan tahapan-tahapan ibadah Umrah.
Setelah melakukan perjalanan sekitar 6 jam dari Madinah, alhamdulillah kamipun sampai di Kota Mekah sekitar pukul 21.00 waktu Mekah. Begitu tiba di Mekah, rombongan masuk ke hotel, hotel itu bernama Al-Shohada.
Saat kami sampai, kondisi hotel begitu sepi, setelah mendapat kunci kamar kami bergegas menuju lift. Berbeda dengan hotel-hotel di Madinah, hotel di mekah ini ukuran Liftnya sangat besar hingga bisa menampung lebih dari 20 orang.
Selain ukurannya besar, lift di hotel bintang lima ini juga jumlahnya banyak dan ada beberapa tempat. Jadi tidak kuatir mengantri saat akan menggunakan lift. Tak seperti umunnya lift yang pernah aku lihat di Indonesia, Lift di sana sangat bernuansa Arab, hiasan yang ada di dinding luar dan dalam lif begitu berkesan dengan ornamen khas timur tengah. Ini bisa dilihat dari warna ornamen di dinding lift didominasi warna kayu jati.
Saat sampai di lantai tempat kamar kami menginap, sempat bingung dengan letak kamar meski ada nomor kamar di kunci kamar yang kami dapat dari lobi. Namun setelah muter-muter akhirnya kami dapat menemukan kamar masing-masing. Kondisi kamar begitu mewah, di dalam sudah tersedia sejumlah tempat tidur lengkap dengan bantal, guling, serta selimut yang begitu tebal. Suhu ruangan begitu dingin akibat aktifnya AC dengan suhu yang rendah.
Di atas meja sudah tersedia aneka buah-buahan yang terdiri dari jeruk, pisang, apel, anggur dalam kondisi tertutup plastik rapi siap disantap. Di sisi kamar terdapat lemari yang sangat besar, terdiri dari tiga pintu lengkap dengan gantungan (hanger) pakaian.
Kamar mandi disini begitu luas, berhadapan dengan pintu kamar mandi terdapat wastafel besar yang sudah bersisi sabun, shampo, pasta gigi, sikat gigi. Sementara, di dinding kamar mandi sudah tersedia handuk putih sejumlah orang yang menginap. Tempat mandipun terpisah lengkap dengan shower dengan aliran air yang dapat diatur dari dingin hingga panas.
Untuk buang air besar dan buang air kecil disediakan tempat terpisah yang masing-masing dilengkapi pembilas air otomatis.
Setelah menyimpan koper di kamar, sekitar pukul 22.00 kami menuju ruang makan untuk meninkmati santap malam. Alhamdulillah begitu nikmat rizki yang Allah berikan malam itu. Tak lama berselang setelah makan malam, rombongan siap-siap menuju lobi hotel untuk melakukan Ibadah Umrah menuju Masjidil haram.
Setelah semua jemaah berada di lobi hotel, kamipun berangkat menuju masjidil haram yang jaraknya tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Semua berjalan menuju Masjidil Haram jemaah berbaris rapih sambil melantunkan bacaan Talbiyah “Labbaika allahumma labbaik, Laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan-ni'mata laka wal mulk, laa syariikalak”.
Saat sampai di pelataran Masjid, suasana hikmad begitu terasa, hampir semua orang di sana mengenakan pakaian serba putih sambil melantunkan Talbiyah, dengan wajah-wajah yang ceria. Tibalah kami di gerbang masuk Masjidil Haram, Terlihat di kiri dan kanan gerbang beberapa Askar dengan pakaian coklatnya, Askar adalah petugas keamanan sekitaran Masjidil Haram, prajurit yang memastikan keamanan, kenyamanan, jama’ah, mengatur shaf shalat supaya rapi.
Sebelum sampai ke area tawaf, suatu area di dalam masjid yang belum bisa melihat Ka’bah karena terhalang tembok, kami melaksanakan shalat Magrib dan Isya yang hanya dilakukan oleh rombongan kami. Shalat Magrib dan Isya jama takhir itu memanglah disengaja dilaksanakan di Masjidil Haram karena mengejar pahala yang nilainya 100 ribu kali. Perlu diketahui bahwa shalat di Masjidil Haram nilainya sama dengan shalat 100 ribu kali di masjid lain.
Selesai Melaksanakan shalat, kemudian kami melanjutkan berjalaan menuju area tawaf. Perlahan-lahan kami memasuki lorong menuju area tawaf, sedikit demi sedikit kami mendekati area tawaf. Masya Allah.. tanpa sadar kami telah berada di area tawaf, di depan kami terlihat nyata Kab’bah begitu megahnya. Sambil melantunkan doa tak terasa air mata ini jatuh di pipi... kekaguman, kepasrahan, serta perasaan diri yang banyak dilumuri dosa bersatu berkumpul dalam diri ini. Di sekeliling kami ramai dan padat oleh orang-orang dari seluruh dunia yang sedang melakukan tawaf. Semua suara yang terdengar tak jauh dari kalimat Talbiyah, do’a-do’a...
Di area inilah kupanjatkan doa-doa yang paling aku inginkan, di antara doa-doa itu adalah keinginanku supaya diberi kemudahan untuk bisa lancar membaca Al-Qur’an, meminta agar ibuku yang sedang sakit disembuhkan dari penyakitnya, minta agar anak-anakku menjadi anak-anak yang shaleh dan hafal Qur’an. Kubacakan do’a-do’a tersebut begitu khusuk, tak terasa mata ini berkaca-kaca.... sambil berdo’a aku mendekat ke arah ka’bah dan seakan-akan memeluknya, ku tempelkan tanganku ke dinding ka’bah yang terlapisi Kiswah... saat kudekatkan wajah ini tercium harum parfum khas kiswah.... ingin rasanya berlama-lama di dekat kabah... namun kami harus melanjutkan prosesi umrah yang lain yaitu Sa’i dan Tahallul.
Setelah melakukan tawaf, dilanjutkan dengan Sa’i yaitu perjalanan bolak-balik dari bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali dan tahallul yaitu memotong sebagian rambut sebagai pertanda prosesi Ibadah Umrah selesai dilaksanakan.