Ini adalah pengalaman saya waktu mengantar Ibu berobat di salah satu rumah sakit di kota saya. Hampir setiap bulan saya mengantar ibu untuk kontrol rutin penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.
Biasanya saat berobat, pasien diharuskan mengambil nomor antrian elektronik, untuk kemudian menunggu untuk dipanggil ke loket pendaftaran. Karena Ibu Saya termasuk pasien lanjut usia yang di atas 70 tahun, maka mendapatkan nomor antrian khusus dengan kode C, nantinya akan dipanggil di loket khusus lansia. Tidak terlalu lama menunggu, sekitar 10 menitan maka nomor antrian ibu saya dipanggil ke loket lansia.
Suatu saat saya sakit, dan dirujuk berobat ke fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat 2. Setelah mendapatkan surat rujukan dari Faskes tingkat 1, sayapun langsung pergi ke rumah sakit. Untuk mendapatkan antrian kecil, saya datang pagi-pagi setelah mengantar anak saya sekolah.
Sekitar jam 7 lewat 10 menit saya sampai di tempat pendaftaran BPJS, alangkah kagetnya, ternyata begitu sampai sudah banyak orang yang hadir hingga ke luar ruangan. Kemudian saya menuju mesin antrian, saya bertambah kaget karena mendapatkan nomor agak besar, yaitu 400.
Dengan sedikit kecewa sayapun duduk di kursi yang telah disediakan, terlihat loket sudah mulai memanggil nomor antrian. Saat itu nomor antrian memasuki nomor puluhan. Setelah dihitung-hitung, saya perkiraan akan dipanggil sekitar dua hingga tigajaman lagi, waduh waktu yang sangat lama sekali.
Karena masih banyak waktu, sayapun pergi ke luar untuk mencari sarapan, alhamdulillah ada tukang kupat tahu di sana. Setelah sarapan saya kembali ke dalam ruang tunggu. Dalam hati saya, inginnya mengeluarkan hape dari tas untuk mengusir kejenuhan menunggu nomor antrian dipanggil, tapi entah kenapa niat tersebut saya urungkan.
Saya tengok ke sebelah kanan, terlihat seorang bapak agak tua sedang berbincang-bincang dengan seseorang, namun hanya sebentar dan orang yang diajak bicara oleh si bapak tersebut pergi. Kemudian saya coba ngobrol dengan bapak tersebut. dan mencoba membuka obrolan.
Tak perlu menunggu lama, nomor antrian sudah memasuki 180an. Bapak yang memberi nomor antrian mengajak saya mendekat ke loket antrian. "Ayo mendekat ke loket biar cepet", kata si bapak.
Selanjutnya setelah mendaftar, kami berpisah di sebuah gang rumah sakit karena berbeda tempat periksa.
Nah itulah pembaca pengalaman saya mendapatkan nomor antrian kecil, sederhana saja ternyata. Saya menghilangkan kebiasaan berponsel di tempat umum yang akhirnya mendapatkan rejeki yang lebih bermanfaat. Jadi jangan ragu untuk berbicara ke siapapun di tempat umum, hindari bermain ponsel hanya untuk bersosial media dengan orang yang terlihat. lebih baik lihat ke sekitar yang nyata di depan mata anda.
Biasanya saat berobat, pasien diharuskan mengambil nomor antrian elektronik, untuk kemudian menunggu untuk dipanggil ke loket pendaftaran. Karena Ibu Saya termasuk pasien lanjut usia yang di atas 70 tahun, maka mendapatkan nomor antrian khusus dengan kode C, nantinya akan dipanggil di loket khusus lansia. Tidak terlalu lama menunggu, sekitar 10 menitan maka nomor antrian ibu saya dipanggil ke loket lansia.
Suatu saat saya sakit, dan dirujuk berobat ke fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat 2. Setelah mendapatkan surat rujukan dari Faskes tingkat 1, sayapun langsung pergi ke rumah sakit. Untuk mendapatkan antrian kecil, saya datang pagi-pagi setelah mengantar anak saya sekolah.
Sekitar jam 7 lewat 10 menit saya sampai di tempat pendaftaran BPJS, alangkah kagetnya, ternyata begitu sampai sudah banyak orang yang hadir hingga ke luar ruangan. Kemudian saya menuju mesin antrian, saya bertambah kaget karena mendapatkan nomor agak besar, yaitu 400.
Dengan sedikit kecewa sayapun duduk di kursi yang telah disediakan, terlihat loket sudah mulai memanggil nomor antrian. Saat itu nomor antrian memasuki nomor puluhan. Setelah dihitung-hitung, saya perkiraan akan dipanggil sekitar dua hingga tigajaman lagi, waduh waktu yang sangat lama sekali.
Karena masih banyak waktu, sayapun pergi ke luar untuk mencari sarapan, alhamdulillah ada tukang kupat tahu di sana. Setelah sarapan saya kembali ke dalam ruang tunggu. Dalam hati saya, inginnya mengeluarkan hape dari tas untuk mengusir kejenuhan menunggu nomor antrian dipanggil, tapi entah kenapa niat tersebut saya urungkan.
Saya tengok ke sebelah kanan, terlihat seorang bapak agak tua sedang berbincang-bincang dengan seseorang, namun hanya sebentar dan orang yang diajak bicara oleh si bapak tersebut pergi. Kemudian saya coba ngobrol dengan bapak tersebut. dan mencoba membuka obrolan.
- Saya: "Nomor berapa pak?"
- Bapak: "194, situ berapa?"
- Saya: "Saya 400 pak"
- Bapak: "Waduh masih lama dong, nih saya kasih nomor saya."
- Saya: "loh kok? kalau dikasih ke saya, bapak pake apa?
- Bapak: "Saya punya dua, 193 dan 194. tadi saya datang abis subuh, terus datang lagi jam 7an. Sengaja ambil dua nomor buat orang lain.
- Saya: "waduh terimakasih banyak pak."
Tak perlu menunggu lama, nomor antrian sudah memasuki 180an. Bapak yang memberi nomor antrian mengajak saya mendekat ke loket antrian. "Ayo mendekat ke loket biar cepet", kata si bapak.
Selanjutnya setelah mendaftar, kami berpisah di sebuah gang rumah sakit karena berbeda tempat periksa.
Nah itulah pembaca pengalaman saya mendapatkan nomor antrian kecil, sederhana saja ternyata. Saya menghilangkan kebiasaan berponsel di tempat umum yang akhirnya mendapatkan rejeki yang lebih bermanfaat. Jadi jangan ragu untuk berbicara ke siapapun di tempat umum, hindari bermain ponsel hanya untuk bersosial media dengan orang yang terlihat. lebih baik lihat ke sekitar yang nyata di depan mata anda.